Short Story


Halo semua! ini postingan pertamaku, sebut saja "short story" lah alias cerpen. Tulisan ini  sebenarnya aku buat beberapa tahun yang lalu untuk tugas sekolah. Kemaren-kemaren waktu nge utak-atik dokumen di laptop ehh nemu ini tulisan. karena belum ada ide buat nulis, akhirnya aku post ini deh. Semoga kalian para pembaca (yang entah ada atau tidak :( ) sedikit terhibur dengan tulisanku ini. Btw tulisanya nggak aku perbaiki jadi agak gaje. Happy reading! :)
 
                                                            My Dream In Paris
Ramainya kota dengan segala kesibukan masyarakatnya menjadi hal yang biasa untukku. Suara gemuruh kendaraan sepanjang hari selalu menemaniku beraktivitas. Jakarta! siapa yang tidak tahu Jakarta? Kota yang pernah bernama “Batavia” pada zaman penjajahan Belanda ini, adalah kota metropolitan yang super sibuk setiap harinya. Maka di tempat ini pula aku dilahirkan 17 tahun yang  lalu. Kota ini tidak hanya menjadi sejarah bagi bangsaku, tetapi juga memiliki  sejarah bagi kehidupanku. Dimana banyak kisah yang telah kulewati bersama keluargaku, dan rumah inilah yang menjadi saksi bisu dalam sejarah kehidupan kami. Namaku Ciara Alena Putri. Aku mempunyai seorang  kakak bernama Verrell. Aku sangat dekat dengannya dan menyayanginya sebagai sebagai kakak. Tetapi ia selalu menyebutku Alena dengan sebutan “Anak lemot dan manja”. Dan aku membencinya. Kutahu dia selalu jadi nomer satu di keluarga. Aku iri padanya, mengapa ia selalu menjadi anak kebanggaan ayah dan ibu. Dia selalu mendapat peringkat di kelasnya,mendapat beasiswa,juara non akademik, juara olimpiade nasional bahkan internasional. Walaupun hanya juara 3, sungguh aku bahkan sampai lupa seberapa banyak prestasinya. Sedangkan aku! Apa yang bisa kubanggakan untuk mereka! mendapat peringkat satu pun belum pernah. Ia bahkan dapat dengan mudahnya pergi ke tempat yang kuinginkan sejak kecil. Dua tahun lalu kak Verrel mendapat beasiswa untuk kuliah ke Paris. Ayah dan ibu mengantarnya. Aku ingin sekali ikut, tapi saat mereka pergi aku sedang ulangan semester di sekolah. Iri rasanya.
*      *     *
      Pagi ini hari minggu.Itu artinya sekolah libur. Sebelum matahari menampakkan sinarnya dibalik gedung-gedung pencakar langit, aku telah terbangun dari tidurku.Kubuka tirai dan duduk melihat pemandangan dibalik jendela kamarku di lantai atas, terlihat kelip cahaya kecil berlalu lalang memenuhi jalan raya di seberang. Apalah selain kendaraan yang melintas. Kulihat jam kecil berbentuk boneka di atas meja dekat lampu tidurku menunjukkan pukul 05:00 WIB. Segera aku beranjak dari tempat duduku berjalan perlahan ke luar kamar. Tampaknya  ruang keluarga sepi, kulangkahkan kakiku menuju dapur tetapi tak ada apapun. Halaman belakang juga tak terlihat seorangpun yang kutemukan.
“Kemana ayah dan ibu? Apa mereka ke kantor? Astagaa ini hari minggu mana mungkin mereka ke kantor, lagipula ini masih terlalu pagi. Tapi dimana mereka? Ayah dan ibu selalu bangun lebih pagi dariku. Mengapa rumah begitu sepi?”. Pikirku dalam hati. Dengan rasa malas aku berjalan ke ruang makan. Rupanya bi Minah sedang menyiapkan sarapan.”Selamat pagi non?”. Sapanya padaku.“Pagi bi,Oh ya! ayah dan ibu kemana bi? Sambungku. “Bukannya orang tua non pergi ke..ke..kemana ya?”.pikir bi Minah. “Ke Paris?”.Kata itu segera muncul tiba-tiba dri benakku. “Iya benar non katanya sih ada bisnis sekalian mau menyusul kakaknya non, Den Verrell”lanjut bi Minah.
Oh my God,kenapa mereka tidak mengajakku pergi bersama mereka? Bukankah mereka tahu Paris adalah kota impianku sejak kecil. Apakah mereka tidak memperdulikanku. Aku juga rindu dengan kakakku meski ia sering mengejekku namun dia selalu mengajariku. Aku selalu mempunyai mimpi untuk menggapai cita-citaku. Saat mereka mulai kuraih tetapi rintangan muncul dengan tiba-tiba. Kurasakan sakit dalam hatiku yang mendebar-debar. Mengapa aku harus seperti ini. Benar-benar weekend yang buruk untukku. Baiklah lupakan semua hal buruk ini. Orang tuaku pergi ke Paris dan mereka tidak mengajakku bahkan bahkan memberitahuku atau aku yang lupa entahlah. Aku sendiri dan ini rumahku. Itu artinya aku bebas melakukan apapun yang kumau.

Matahari mulai menghangatkan bumi di pagi hari. Maka mulailah kembali aktivitas manusia hari  ini. Suasana riuh jalanan kompleks dipenuhi orang-orang menikmati indahnya pagi dengan berolahraga. Suara tawa anak kecil bermain-main sungguh menggembirakan. Para asisten rumah tangga sibuk memilah-milah sayur, bercerita tentang topik hangat pagi ini. Suasana kota ramai maka kehidupan manusia dimulai. Hal yang kulakukan hanya duduk di sofa menikmati segelas susu segar dan cookies. Menikmati indahnya pagi dengan menonton tv. Apalah yang kulakukan di luar sana jika hatiku terasa kesal. “Kriiing..kriing..”.Tiba-tiba dering telepon berbunyi, menghentikan konsentrasiku menonton tv. “Haloo sayang, ini ibu”. Terdengar suara yang jelas namun tidak kujawab. “Maafkan ibu dan ayah sayang, kami tahu kau ingin sekali ke Paris, tapi ini mendadak. Ayah dan ibu harus bertemu klien untuk membicarakan bisnis. Ibu harap kau tidak akan marah. Ibu janji ibu akan membelikanmu oleh-oleh yang spesial”. Celoteh ibu panjang lebar. “Apa bisnis dan kak Verrrell lebih penting dariku bu? Ibu selalu memikirkanya tapi tak pernah memikirkanku”. Jawabku dengan nada agak kesal. “Kau tahu! Ini semua demi kebaikanmu, masa depanmu dan ibu selalu memikirkamu”. Jelas ibu. “Baiklah bu aku cukup kesal hari ini,tapi maafkan Alena bu?”. Sambungku. “Baiklah.Ibu lega mendengarnya.Kalau begitu jaga dirimu, Ibu selalu menyayangimu, dan juga ayah”. Jelas ibu dan aku hanya diam lalu menutup telepon.
*       *       *
Hari sudah mulai siang. Kusuruh bi Minah untuk masak banyak hari ini. Untuk menghilangkan kekecewaanku, aku pergi ke Mall untuk shopping bersama temanku menghabiskan hari minggu. Kuajak teman-teman ke rumahku menikmati masakan bi Minah. Hari minggu yang melelahkan. Setelah teman-temanku pulang rumah terasa sepi, aku hanya terbaring di kamarku setelah seharian beraktivitas.        Tiba-tiba... hari sudah pagi, tanpa kusadari aku mengepak bajuku ke dalam koper. Aku akan pergi ke Paris bertemu Kak Verrell,ayah dan juga ibu. Berkeliling kota Paris, menikmati hawa dingin, menara Eiffel yang indah. Lampu-lampu kota yang terang berwarna-warni. Pemandangan Kota Paris,Perancis yang begitu menawan dari puncak Eiffel. Sungguh hal yang menakjubkan. Tak pernah kubayangkan indahnya Kota Paris. Bertemu dengan kakak yang sangat kurindukan tadak sabar rasanya. Senangnya tak pernah hilang bercerita tentang pengalaman yang kualami.  Shopping dan membeli pakaian dengan brand-brand ternama. Fashion street Paris, jalan raya yang penuh manusia. Tak ada macet, asap knalpot, suara bising klakson. Oh..betapa menyenangkannya pergi ke tempat yang selama ini kuimpikan.
Sementara itu..suasana kota Jakarta dimalam hari bercaha. Aktivitas masyarakat masih terus berjalan. Kompleks perumahn sudah mulai sepi. Bi Minah masih saja di dapur membereskan makan malam. Rumah begitu sepi bak tak ada penghuni.Malam semakin larut seiring berjalannya waktu. Perlahan jalan raya mulai sepi. Kendaraan menghilang jauh dibawa pengemudinya. Lampu-lampu apartemen satu persatu mulai  padam. Langit penuh bintang nan indah berkelap-kelip seumpama intan berlian. Bulanpun menemaninya hingga pagi menjelang.  
  *      *       *
Berkeliling Kota Paris menggunakan kereta bawah tanah sungguh menyenangkan. Berfoto ria di depan menara Eiffel, menikmati pertemuanku bersama kakak. Bercanda tawa, riang gembira. Hari-hari di Paris berlalu. Belum puas rasanya berkeliling naik kereta bawah tanah. Cahaya malam yang menakjubkan. Lampu-lampu kota yang menerangi jalan. Menikmati Cokelat panas dibalik mantel tebal yang hangat. Aku ingin bisa menikmati hari yang selalu indah seperti ini. Berlalu pula pertemuanku dengan kakak. Kuharap aku sering mengunjunginya di sini, di Paris. Kenangan indah berlalu. Kuharus kembali pulang ke tanah air bersama kedua orang tuaku, membiarakn kakakku menuntut ilmu menggapai cita-cita di negeri orang demi masa depannya yang cemerlang. Kuingin mengikuti jejak kakakku. Kutinggalkan kota Paris dan kakakku yang selalu kurindukan. Isak tangis dan haru menyelimuti Perpisahan kami. Sejauhpun aku pergi aku akan tetap kembali ke negeri asalku, ke kampung halamanku yang kucintai. Tempat dimana aku pertama kali menginjakkan kaki di bumi.
Kulangkahkan kakiku keluar apartemen.Aneh rasanya, saat aku membuka pintu yang kulihat sebuah kamar kecil yang penuh gambar menara Eiffel. “Kenapa aku berada di kamarku?. Bukankah ini di Paris?. Aneh rasanya”.Seketika aku linglung. Tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka. Alena.. Alena!!! Bangun sayang ini sudah pagi bukankah kamu harus sekolah??. Tiba–tiba aku terbangun dari tidurku.Tak sadar terlelap hingga pagi. Perlahan kubuka mataku yang berat karena kantuk. Bingung dan sesaat tersadar. “Astaga!!!... aku di rumah.Di kamarku sendiri. Ya Tuhan, ternyata  ke Paris itu Cuma mimpi?”. Gumamku dalam hati. Kulihat jam kecilku menunjukkan pukul 07:00 WIB. “Haaaa.....aku kesiangan”. Teriakku segera dan langsung berlari menuju kamar mandi.
Ternyata  Jakarta sudah pagi. Ayah dan ibu sampai di rumah pukul 06:30 WIB yang lalu. Kesibukan kembali terjadi. Suasana rumah kacau.  Dan akupun terlambat ke sekolah.

                                                                                               










Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Childhood Memories

Study Visit

Taman Sari - The Water Castle